Roh Tuhan Ada Padamu dan Ada Padaku dan Semua Orang Berkehendak Baik

10 01 2013
“Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”
Tidak kurang orang pandai di Indonesia, tetapi sementara orang menggunakan kepandaiannya   untuk mengakali hukum dan perundangan agar dapat memenuhi keinginan diri sendiri. Mengapa semakin langka kita temui pejabat publik ataupun orang-orang yang berpengaruh, pandai dan menggunakan kekayaannya untuk berbuat kebaikan bagi sekitarnya?
Disisi lain dari berita kisruhnya pola tingkah para pimpinan yang dipaparkan media, Roh Tuhan terus bekerja melalui tangan para relawan pada saat terjadi bencana seperti bencana kebakaran, gunung meletus, gempa bumi dsb. Para relawan tidak terlihat takut menembus bahaya, mereka mempertaruhkan nyawanya demi menemukan penduduk yang belum mau mengungsi. Bahkan ada relawan lereng Merapi yang kembali lagi membangun jaringan pipa air minum bahkan muncul gerakan menanami bukit yang tandus terbakar akibat awan panas. Ada juga gerakan kepedulian yang konsisten bekerja tanpa menunggu publikasi. Tidak mungkin ini semua dilakukan tanpa penyertaan Roh Tuhan, karena semua kebaikan berasal dari Sang Pencipta. Bagaimana dengan kita, apakah masih berkehendak berbuat kebaikan senantiasa? Read the rest of this entry »




Pendalaman Kitab Suci 2011 KAJ – Pertemuan Ke-3

15 09 2011

Perumpamaan Tentang Lalang Di antara Gandum (Mat 13:24-30)

Lagu Pembuka: Kidung Syukur no 16 – Hari ini Kurasa Bahagia

Tanda Salib dan Salam

P: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus

U: Amin

P: Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus kristus, Cinta Kasih Allah dan Persekutuan Roh Kudus beserta kiga

U: Sekarang dan selamanya

Pengantar:

Dalam pertemuan ketiga ini, kita masih menggunakan metode sharing yang terdiri dari 7 langkah. Kita berharap pertemuan ketiga ini dapat menjadikan kita semakin dekat dengan Tuhan lewat sesama dan dapat mengambil suatu niat baik lewat perumpamaan dan tema BKS 2011 ini.

Percikan singkat (tidak untuk dibacakan)

Pertumbuhan kerajaan sorga mengalami gangguan dari benih kejahatan. Dalam konteks Yahudi: bentuk tanaman gandum dan zizania (ilalang) amat mirip sehingga jenih tumbuhan itu sulit dibedakan. Ketika sudah mulai tumbuh besar dan berbuah barulah kelihatan bedanya. Untuk mengatakan bahwa yang baik dan yang jahat baru kelihatan bedanya jika kita mengamati buahnya. Read the rest of this entry »





Tetaplah Berbuat Baik

9 09 2010

“Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”

Disaat menjelang lebaran seperti ini semua orang sudah memilah-milih siapa saja yang akan dikunjungi. Ehm, juga tidak terlupa yang jauh-jauh tempat tinggalnya siap dikirimi kartu lebaran. Sekarang sudah lebih canggih lagi, tanpa repot-repot beli dan tulis kartu satu persatu, tanpa repot ke kantor pos, banyak yang memilih telpon langsung atau SMS. Bahkan sekarang tinggal bikin foto digital sebentar,  dengan sedikit kreativitas lalu siap di upload dan dikirim via email dan fesbuk. Semakin irit lagi ya? Semua ini dilakukan tentu dengan harapan untuk menjaga talisilaturahmi memanfaatkan momentum yang datang setahun sekali. Tidak ada yang salah dengan hal ini, bahkan yang tidak berlebaranpun juga mempersiapkan acara lebaran dengan mengatur siapa saja yang akan dikunjungi hari pertama dan kedua. Juga ikutan kirim kartu lebaran dan SMS kemana-mana.

Tapi pernahkah saat anda memilah-milih siapa yang patut dikirimi kartu dan SMS, ada beberapa nama yang dihindari? Ah, si ini gak usah, dia kan masih begitu, nanti kalau tidak dibalas gimana? Ada lagi yang tidak dikirimi karena ada hal yang dirasakan masih belum ‘terselesaikan’ dengan baik. Lho? Jadi momentum lebaran ini untuk apa ya sebenarnya? Apakah kita hanya memperhatikan orang-orang yang selama ini berbaik hati kepada kita? Atau kita mengharapkan sesuatu dengan mengirimkan ucapan “selamat berlebaran” melalui parcel yang berbagai bentuk rupa dengan harapan suatu saat nanti kita tetap ‘diingat’?

Memang mudah memperhatikan orang yang baik hati kepada kita. Tidak ada resiko apa-apa dan kita sekedar menjaga tali silaturahmi yang memang sudah baik. Tetapi tidakkah kita ingin meningkatkan relasi yang lebih berkualitas?  Apakah kita berani mengambil resiko ditolak kepada mereka yang belum tentu membalas perbuatan baik kita,  bahkan tidak memberikan ucapan “terima kasih” sekalipun? Beranikah kita memberikan sesuatu pertolongan atau pemberian kepada mereka yang tidak mampu membalasnya sekalipun? Read the rest of this entry »





Adakah Yang Baik dari Indonesia?

24 08 2010

“Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”

Rasanya hari-hari ini kita paling minder diapit negara-negara tetangga kita. Panggilan “indon” benar-benar melecehkan, apalagi dengan keadaan barter petugas DKP dengan nelayan negara tetangga membuat supir taksi bisa berkomentar “negara anda memang bodoh!” … hadooh! Apa yang baik dari Indonesia, kalau yang keluar hanya berita-berita tentang skandal korupsi, berita kemiskinan silih berganti dan skandal video mesum yang    jadi trending topic di twitter sekian lama. Ditambah lagi tingginya frekwensi kekerasan yang muncul oleh para ormas atas nama agama menjelang bulan puasa.

Betulkah tidak ada yang baik dari indonesia seperti apa yang dikatakan penduduk negara tetangga kita? Marilah kita berkaca pada diri-sendiri dengan pertanyaan yang sama. Kita – anda dan saya – adalah orang Indonesia, adakah yang baik yang kita lakukan selama ini? Apakah orang lain perlu tahu dan harus tahu?  Atau karena kita juga tidak mau tahu apa yang sudah baik yang dihasilkan Indonesia, sehingga kita tidak mau terlibat untuk ‘mensiarkan’ KABAR BAIK tentang Indonesia?

Injil hari ini menampar kita dengan dua hal, kita tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai orang Indonesia tetapi apakah kita telah mengambil waktu merefleksikan diri dengan bertanya “Kebaikan apa saja yang telah saya lakukan selama ini?”. Baik untuk saya atau baik bagi orang lain? Kacamata siapa yang kita gunakan? Apakah orang lain merasakan dampak dari kebaikan kita? Menjadi lebih baikkah dia? Kabar baik apa yang kita akan utarakan saat seseorang bertanya “Apa kabar?” Bukan apa yang sudah dilakukan Indonesia, apa yang kudapat dari Indonesia, tetapi apa yang sudah aku lakukan bagi bangsaku ? Read the rest of this entry »





Apa Yang Kita Sombongkan? (R. Maryono SJ)

12 09 2008

“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu”

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, “Apa yang sedang Anda lakukan?” Sang Guru menjawab, “Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang  meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai
bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.”

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita  merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang  lain.  Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.
Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran  yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas. Read the rest of this entry »





Love Your Enemy

11 09 2008

“Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.

Saya masih inget-inget lupa waktu SD rasanya ada beberapa orang teman yang sering ‘jothakan’, suka ledek-ledekan. Ya berantem mulut lah, bahkan saling mengejek dengan menyebut nama orang tuanya  padahal ini sekolah perempuan semua lho. Suster kepala sekolah sampai turun tangan, mereka yang ketahuan berantem, tidak ditanya siapa yang memulai tapi dua-duanya justru di hukum, dikumpulkan dalam ruangan yang sama dan dikunci. Saat reuni masa-masa itu menjadi kenangan manis, mereka justru saling mempertawakan kelakuan childish begitu. Kokbisa ya sampai berantem heboh, cuma gara-gara rebutan setip pinsil.

Beberapa kali Sekar juga mutung, malas berangkat ke sekolah kalau teringat teman laki-laki yang sering mengganggunya di sekolah. Bahkan dia sempat menulis di buku nya “This is my bad day, God why this happened to me?” Sempat terucap bahwa dia lebih senang masuk sekolah perempuan semua, mungkin kalau SMP pilih Ursula saja. Karena disana tidak ada anak laki yang menggodanya. Dari kelas satu SD, ada beberapa anak laki yang memang sering menggodanya sampai sekarang. Wah… Pe eR besar nih, lha kan anak laki akan ada terus dimana-mana, hal ini tidak bisa dihindari. Bahkan saya jelaskan padanya biar pun kita sudah baik pada semua orang, tetap saja sampai dia besar nanti ada orang-orang yang tidak suka dengan kita apapun alasannya.

Mencintai dan mengasihi orang yang juga memberi perhatian dan peduli pada kita adalah hal yang lumrah, hal yang biasa yang dilakukan semua orang  bahkan tanpa percaya Tuhan sekalipun. Tetapi mengasihi orang yang membenci kita, yang bermusuhan dan bersebrangan, yang tidak sejalan bahkan menganggap kita tidak sederajat dengan mereka, dibutuhkan latihan terus menerus. Bahkan sejak dari anak-anak pun perlu diajarkan. Tidak hanya dengan perkataan tapi juga dengan contoh yang dilakukan orang tuanya. Anak-anak akan melihat bagaimana orang tuanya menghadapi orang-orang demikian. Read the rest of this entry »





Kisah Nyata Di Balik Lagu “S’mua Baik” (In Memoriam: Budi Haryanto)

4 09 2008

“Dari semula, t’lah Kau tetapkan..
hidupku dalam tanganMu, dalam rencanaMu Tuhan..
Rencana indah t’lah Kau siapkan..
bagi masa depanku yang penuh harapan…”

“S’mua baik…..s’mua baik…
apa yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku..
S’mua baik….sungguh teramat baik..
Kau jadikan hidupku berarti”

Sebagai seorang songwriter lagu Kristiani, saya memberi nilai sangat tinggi untuk lagu ini. Bagi saya pribadi, lagu “Semua Baik” ini levelnya sama dengan lagu “Amazing Grace” (John Newton), “Still” (Reuben Morgan/Hillsong), lagu yang so simple tapi membawa kepada dimensi hubungan yang sangat teramat dekat dengan Tuhan. Bagi saya lagu “Semua Baik” adalah lagu yang tak akan lekang oleh waktu. Dengan kata lain lagu yang tidak mengenal season. Generasi demi generasi akan mengucap syukur kepada Tuhan melalui lagu ini. Sing that God is good all the time.
Apakah dalam hidup ini jarum jam sedang berada di angka 12 (di atas), atau sedang berada di angka 6 (di bawah), GOD IS GOOD. Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan dalam hidup kita. Read the rest of this entry »





Mangan Ora Mangan Ngumpul

13 08 2008

“Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu,di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

Pepatah jawa yang satu ini rasanya berlaku universal, paling tidak di berbagai suku di Indonesia, sifat kekerabatan dan kekeluargaan masih dijunjung tinggi. Mungkin pepatah itu dibuat di jaman susah dimana tidak selalu ada makanan yang bisa disajikan saat ada kumpul-kumpul. Tapi kenyataannya dimana-mana, suku apapun, kalau kita mau ketemuan, mau rembugan, pasti ada saja yang disajikan biarpun cuma sepiring singkong rebus dan segelas kopi. Kalau di Jakarta, gak ada Starbuck, warteg pun jadi. Yang penting ada suasana gembira, suasana kebersamaan, senang bertemu satu sama lain dan dengan harapan setelah pertemuan ada kata sepakat yang melegakan banyak pihak. Musyawarah untuk mufakat.

Justru di jaman Yesus hidup, Ia menggunakan diplomasi meja makan dengan orang-orang yang berdosa. Ia menyapa mereka terlebih dulu dengan mau datang makan bersama mereka dirumahnya. Ia melanggar hal yang tabu bagi seorang guru yang posisinya terhormat. Dalam suasana kebersamaan, kekeluargaan di meja makan, seseorang merasa diterima satu sama lain. Tidak merasa tersisih, dan tidak takut lagi seperti Zakeus yang berdosa untuk mengakui kesalahannya dan berjanji memperbaikinya.

Injil hari ini mengingatkan bahwa kalau dua-tiga orang berkumpul dan semuanya berkeinginan baik, merancang yang baik atau mendatangkan kebaikan bagi orang lain, itu adalah sama dengan menghadirkan Allah juga bagi satu sama lain. Segala yang baik pun datangnya dari Allah, maka kalau setelah berembug dan yakin bahwa yang kita minta itu baik, lalu kita sepakat untuk memintanya pada Allah, pasti apa yang diinginkan bisa terjadi, tentu dengan disertai komitmen mereka yang telah sepakat tadi. Read the rest of this entry »