Mati Untuk Berbuah

10 08 2011

“Barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”

Setiap kali kita menikmati buah kegemaran kita seperti mangga yang ranum dan manis, atau rambutan manis yang banyak airnya, bahkan durian yang  legit dengan baunya yang menggoda (maaf agak diskriminatif, karena ada yang sangat tidak suka durian), tanpa sadar kita sulit berhenti sampai buah yang tersedia habis dimakan.  Kita sering kurang menyadai bahwa untuk bisa menikmati buah-buah yang menyegarkan itu, ada suatu proses panjang dibelakangnya dimana sebuah biji harus mati terlebih dulu untuk kemudian tumbuh menjadi benih. Termasuk buah-buah yang dihasilkan dari tanaman cangkokkan lho, tidak mungkin batang tumbuh tanpa diawali biji buah yang mati.

Demikian pula kita bisa menikmati kemajuan teknologi, keterbukaan pasar, pertumbuhan ekonomi dan masyarakat yang pesat yang tumbuh mengisi alam kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita mungkin menilai yang ada sekarang pada bangsa dan negara ini kurang sempurna, kurang memenuhi harapan. Walaupun demikian buah kemerdekaan toh telah kita nikmati puluhan tahun. Betapa banyaknya putra-putra terbaik bangsa gugur sebagai pahlawan demi terjaganya kedaulatan negara ini. Read the rest of this entry »





Dibiarkan Tumbuh

17 07 2011

Mg Biasa XVI: Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

“Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai”

Manusia diciptakan oleh Allah bekerja sama dengan suami-isteri/laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi dalam kebebasan; dengan kata lain diciptakan dalam cintakasih dan kebebasan, dan Allah juga menganugerahkan kebebasan sepenuhnya bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pada awal hidupnya, ketika sperma dan telor bersatu, manusia sungguh kecil sekali dan dalam waktu kurang lebih sembilan bulan ia telah tumbuh berkembang seberat lebih dari 3 (tiga) kilogram, ketika dilahirkan dari rahim ibu. Allah lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan, sedang tugas manusia selanjutnya adalah ‘menyiram’ alias merawatnya. Memang dalam perawatan atau perjalanan hidup manusia selama di dunia, setelah lahir dari rahim ibu, menghadapi aneka godaan, masalah dan tantangan; dan dalam kebebasan pula manusia menanggapinya. Memang ada yang menyalahkan gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Allah dengan seenaknya, tetapi ada yang menggunakan kebebasan sesuai dengan kehendak Allah, maka ada yang tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur dan ada yang tumbuh berkembang menjadi tidak baik dan tak bermoral. Maka marilah sesuai dengan perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus hari ini kita mawas diri: apakah kita termasuk ‘benih gandum’ yang bertumbuh berkembang menjadi baik atau tidak baik?

“ Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”(Mat 13:30) Read the rest of this entry »





Benih Yang Baik Perlu Teladan

28 01 2011

“Hal Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah”

Saat reuni ternyata teman-teman kasak kusuk cari tahu tentang sekolah terbaik untuk anak-anaknya. Mereka saling tanya bagaimana pendidikan dan suasana di kampus ini dan itu, termasuk juga yang di luar negri. Umumnya mereka tanya apa lulusannya bisa mudah dapat pekerjaan dsb. Anehnya rata-rata tidak merekomendasikan almamaternya sendiri dengan berbagai alasan. Kualitasnya sudah tidak seperti dulu lagi, gak yakin apa anaknya juga cocok dsb. Orang tua yang peduli pendidikan pasti selalu berusaha mencari tempat yang cespleng, yang tokcer. Pokoknya yang mampu memberikan solusi pendidikan terbaik, bisa cepat selesai, sesuai kantong dan sesuai harapan. Pengertian “Terbaik” akhirnya menjadi relatif dan bisa subyektif karena kita sendiri sering sulit menjabarkannya.

Saya sempat berbicara dengan beberapa frater untuk mencari tahu apa penyebab mereka mengambil keputusan untuk menjadi imam. Pada umumnya mereka semua melihat keteladanan dari para pastor dan frater saat mereka menjadi putra altar.  Inilah yang perlu dicari dan digali dari berbagai institusi pendidikan katolik. Pergantian pengurus pendidikan tidak serta merta disertai dengan pemahaman akan nilai-nilai luhur yang tetap dipelihara dan ditularkan pada anak didiknya. Sehingga image sekolah/universitas katolik itu beralih menjadi terkesan mahal sementara mutunya tidak sebaik dulu. Sebenarnya masih banyak orang yang berharap bisa mendapatkan yang terbaik di sekolah/universitas katolik. Tapi kalau tidak berhasil mengupayakan penerapan dalam memelihara nilai-nilai yang menjadi ciri khas semangat pelayanan tadi, lalu apa bedanya dengan sekolah/universitas lainnya? Harusnya yang membedakan adalah terpelihara nya nilai-nilai spiritualitas para pendirinya, persis seperti tempat pendidikan novisiat yang tetap memelihara nilai-nilai spiritualitasnya selama puluhan tahun. Read the rest of this entry »





Bunuh Ego Benih Peduli

10 08 2010

“Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”

Saat berada dalam antrian panjang ATM di Jakarta Fair, saya pernah bertemu orang yang cukup ‘nyeleneh’.  Semua orang memang gelisah kalau disuruh menunggu. Tapi orang ini sungguh mengganggu, dia teriak-teriak menyuruh orang lain cepat-cepat. Berkali-kali jalan kedepan mengganggu orang yang sedang menggunakan ATM. Lalu saat ia sudah mendekati ATM, ia menendang-nendang kaki orang yang sedang sibuk didepan ATM sampai orang tersebut kesal dan membentaknya.  He is so annoying!! Nah tiba gilirannya, sungguh menyebalkan.. dia berkali-kali menengok dan memelototi saya yang berdiri di belakangnya. Seolah-olah takut saya mengintip nomer PIN dan saldonya. Halaaah….!  Cerita tidak berhenti disini, diantara penuh sesaknya orang di Jakarta Fair saya beberapa kali ketemu orang ini yang jalan sendirian kemana-mana (gak heranlah… siapa yang mau menemaninya?). Di stand se-li sepeda lipat saya lihat dia seperti menginterogasi si SPG sampai muka SPG yang tadinya senyum jadi kecut karena komentar-komentarnya yang sinis…. buntutnya ya gak beli juga. Dia juga membentak orang lain yang menanyakan sesuatu ke SPG yang sedang melayaninya. Hei… dia lagi layani saya, tauk!!

Saya hanya bisa mengelus dada, ada ya orang egois banget seperti ini. Jadi penasaran, bagaimana kehidupan pribadinya. Menikahkah? Apakah pasangannya bahagia? Bagaimana dengan anak-anaknya? Apakah mereka bisa menjadi a happy loving kid? Kalau dia tidak menikah, saya gak heran deh. Mungkin juga dengan tetangganya dia gak bisa akur. Lha dengan orang yang dia gak kenal aja galak banget, apalagi dengan yang sudah kenal.Tidak terbayangkan betapa terlukanya orang-orang yang berada disekitar si egois begini.Mana bisa mereka peduli dengan keadaan sekitarnya, apalagi peduli dengan orang lain. Read the rest of this entry »





Hidup Adalah Pilihan

21 07 2010

“Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!”

Menyaksikan proses aktivasi otak tengah anak-anak membuat saya terkagum-kagum dengan dahsyatnya anatomi tubuh manusia yang diciptakan Tuhan. Posisi duduk anak-anak ikut menentukan keberhasilan proses aktivasi yang dilakukan melalui berbagai suara yang keluar dari speaker stereo. Dengan suara yang cukup keras rupanya tidak membuat gelisah anak-anak bahkan sebagian besar tertidur nyenyak… lhoooo, kok bisa ya? Lebih aneh lagi, melalui proses masuknya gelombang suara melalui telinga mampu mengaktivasi otak tengah. Anak-anak yang telah teraktivasi otak tengahnya selain meningkat daya ingatnya, juga kecerdasan emosinya lebih baik. Bahkan kebanyakan anak kehidupan spiritualnya semakin membaik, semakin mengasihi dan memperhatikan orangtuanya. Sayangnya hal demikian tidak mudah terjadi bagi orang dewasa, walaupun berkali-kali mengikuti sesi serupa tidak membuat otak tengahnya teraktivasi. Sulit sekali. Hal ini disebabkan karena orang dewasa sudah dikuasai dengan berbagai logika dan rasional  di pikirannya sehingga tidak bisa menangkap dan merespon baik terhadap gelombang-gelombang suara yang diterimanya.

Otak tengah menjadi bahan penelitian medis karena menentukan dalam peningkatan kemampuan otak kiri dan otak kanan manusia. Otak tengah menentukan kemampuan spiritual manusia. Rupanya otak tengah adalah organ manusia paling akhir yang menentukan hidup matinya manusia. Dokter belum menyatakan seseorang meninggal bila otak tengahnya masih berfungsi.  Jadi pada saat seseorang  dalam keadaan koma, kita masih bisa membisikkan doa ditelinganya selama otak tengahnya masih berfungsi.

Rupanya ini sedikit misteri yang terkuak dari sabda  Jesus: “Jika engkau tidak mengubah hatimu dan menjadi seperti kanak-kanak maka engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Matius 18:3).    Otak tengah anak-anak dan orang dewasa memberikan reaksi berbeda terhadap sabda Tuhan juga. Read the rest of this entry »





Di Nagasaki, panen dulu baru Komuni Pertama

15 04 2010
Anak-anak dari Katedral Urakami sedang menyiangi ladang gandum mereka.Di Nagasaki,  panen dulu baru Komuni Pertama thumbnail

Anak-anak di Paroki Katedral Urakami, Keuskupan Agung Nagasaki, Jepang  mempersiapkan Komuni Pertama dengan menanam gandum yang akan dibuat hosti untuk komuni mereka.

Hal ini berawal dari Pastor Sakae Kojima yang pernah berkarya di Paroki Fukue, sekitar 100 kilometer sebelah barat Kota Nagasaki. Idenya yakni menanam gandum untuk hosti komuni dan ditanam di lahan milik sebuah biara terdekat.

Ide itu diwujudkan lagi ketika dia pindah ke Urakami.

“Kegiatan ini mengajarkan anak-anak bahwa yang membuat tanaman itu adalah Allah,” jelas Pastor Kojima, “sekalipun demikian, manusia dapat membantu-Nya dalam kegiatan bertani.”

Reaksi umat ternyata positif ketika dia memperkenalkan praktek yang pernah dilakukan di paroki sebelumnya. “Uskup sebagai penanggungjawab iman serta segenap umat paroki setuju,” katanya bercerita.

Dia memulai proyek itu dengan memberkati ladang dan benih, dan kemudian mengajar anak-anak bagaimana menanam gandum.

Pada tahun pertama, hampir semua biji gandum dimakan habis oleh merpati.

“Keesokan paginya, ada lubang-lubang kecil di mana-mana. Maka hanya sebagian gandum yang tumbuh. Namun, kami toh masih bisa memanen lebih dari 3,5 liter gandum – cukup untuk membuat hosti,” katanya.

“Tahun berikutnya, kami membeli beberapa jala pelindung untuk melindungi benih agar tidak dimakan burung, dan akhirnya gandum-gandum itu bisa bertahan sampai panen.”

Anak-anak menanam gandum di Bukit Salib Read the rest of this entry »





Pewarta: Penabur Benih

14 11 2009

“Adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Uskup Agung Merauke Mgr Niko Adi, merupakan Uskup termuda yang ditahbiskan di Indonesia, berkesempatan memberikan pengajaran dalam temu pewarta mimbar se KAJ hari ini di Shekinah. Dihadapan lebih dari 250 pewarta yang hadir hari ini beliau mengingatkan para pewarta untuk senantiasa kembali menggali Injil dan Firman Tuhan, bukan untuk kebutuhan para umat yang akan dilayani, tapi juga bagi diri sendiri. Dalam kehidupan seorang pewarta mimbar, sering sekali kita dituntut harus mempersiapkan renungan dengan membolak-balik Alkitab dan berdoa agar pewartaan yang disampaikan bisa berkenan bagi umat yang hadir.  Hal ini memang harus dilakukan sebagai bagian dari persiapan dalam membawakan renungan yang telah dijadualkan. Tetap perlu refleksi pribadi dimana  kita setiap harinya menyediakan diri untuk berdoa dengan senantiasa bertanya apa yang Tuhan maksud dengan sabdaNya hari ini bagi saya pribadi ?

Panggilan sebagai pewarta bagi seorang awam adalah panggilan yang diperlukan untuk memastikan iman itu seperti benih yang senantiasa ditaburkan dimana-mana, tetapi juga perlu ditumbuhkan dan dipastikan bisa bertahan diantara segala godaan dan ilalang dunia. Apapun profesi kita sebagai pewarta, dimanapun kita berada, benih iman senantiasa ditebarkan. Tetapi diluar itu kesaksian iman akan kehidupan pribadi justru menjadi pupuk yang menyuburkan iman itu sendiri. Read the rest of this entry »





Belajar dari Pohon Ara

30 09 2009

Sahabat, kalau Anda suka bepergian ke Timur Tengah maka Anda tidak akan asing dengan pohon ara, pohonnya besar dan buahnya bisa dimakan. Tetapi yang aneh dari pohon ini adalah ketika petani menanam pohon ara, mereka akan menindihnya dengan batu kenapa alasannya ?

Batu yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih benih pohon ara. Mereka melakukan itu sehingga benih itu tersembunyi terhadap hembusan angin dan dari mata segala hewan. Sampai beberapa waktu kemudian benih itu akan berakar, semakin banyak dan semakin kuat. Walau tidak tampak kehidupan di atas permukaannya, tetapi di bawah, akarnya terus menjalar.

Setelah dirasa cukup barulah tunasnya akan muncul perlahan. Pohon ara itu akan tumbuh semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang menindihnya. Demikianlah pohon ara itu hidup.

Dan hampir di setiap pohon ara akan Anda temui sebuah batu, seolah menjadi peringatan bahwa batu yang pernah menindih benih pohon ara itu tidak akan membinasakannya. Selanjutnya benih itu menjadi pohon besar yang mampu menaungi segala mahluk yang berlindung dari terik matahari yang membakar.”

Sahabat, jika suatu saat Anda di dalam masa-masa hidupmu, merasakan terhimpit suatu beban yang sangat berat ingatlah pelajaran tentang batu dan pohon ara itu. Read the rest of this entry »