“Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi”
Kali ini kami sekeluarga merayakan lebaran bersama keluarga mertua di Bandung. Biasanya memang setiap tahunnya kami cukup berkumpul bersama keluarga suami di Jakarta, ditambah lagi keluarga besar alm. ibu juga kumpul di Jakarta. Sehingga kami tidak perlu melakukan ritual mudik setiap tahunnya ke tanah leluhur di Jawa Tengah. Hhmmm.. mungkin tradisi mudik, sungkem dan makan ketupat bersama hanya ada di Indonesia ya? Yang bukan muslimpun ikutan mudik dan memanfaatkan kesempatan kumpul keluarga besar setahun sekali. Saat sungkeman itulah berasa sekali keluarga Pancasila, apapun kepercayaannya, masing-masing sungkem pada orangtua dan yang dituakan untuk memohon maaf dan restunya agar tabah mengarungi hidup. Setelah itu satu sama lain saling memaafkan dan saling berbagi dengan membawa jamuan masing-masing. Selanjutnya saling mengunjungi sanak-keluarga dan kerabat disekitarnya.
Ibu mertua yang berusia 88 tahun sudah berangkat ke Bandung sejak minggu lalu agar sempat istirahat sebelum merayakan lebaran. Saat berkumpul dan bertemu keluarga besar seperti ini sungguh menyenangkan. Kita bersyukur masih bisa bertemu dengan sanak saudara yang berusia lanjut. Ada yang berusia 79 tahun masih kuat berpuasa. Ada sepupu berusia 76 tahun sudah membaik dan nampak sehat, padahal saat kami bertemu tahun lalu kelihatan lesu dan lemah. Kelompok glamur – golongan lanjut umur – banyak bercerita tentang riwayat kesehatannya. Intinya hanya satu : bersyukur senantiasa setiap hari. Mereka mengisi hari-hari tuanya untuk tetap aktif terlibat didalam masyarakat. Tidak hanya duduk-duduk menonton televisi. Nek dipundhut Gusti ya ngucap syukur. (kalaupun dipanggil Tuhan, tetap mengucap syukur). Wah, indahnya menjadi lanjut usia tetap sehat dan produktif.
Sementara itu ketemu juga kerabat yang diusianya sekitar 40-an tahun sudah harus berkali-kali chaemotherapy. Ada juga yang ginjalnya sudah tinggal sebelah padahal umur belum lagi 40. Cholesterol ? wah rasanya gak ada yang terbebas dari yang satu ini terutama dari kolongan bergizi cukup. Padahal didepan mata semua hidangan lebaran cholesterol tinggi dengan santan kental dan gorengannya, belum lagi nastar dan kastengel … menu yang sama disetiap rumah yang dikunjungi.
Read the rest of this entry »
Bagaimana menurut Anda?