Damai Ditengah Keseharian

8 05 2012
Apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu
Setiap orang punya ukuran sendiri-sendiri untuk menenteramkan hatinya. Ada yang berfikir hidupnya akan tenang kalau saja dia punya ‘kemapanan’ dan ‘kepribadian’  seperti rumah pribadi, mobil pribadi, perahu pribadi dan villa pribadi. Ada lagi yang merasa hidupnya bakal lebih tenang kalau sudah menikah apalagi punya anak. Sehingga apapun dilakukan untuk mengejar ukuran-ukuran tersebut. Padahal mereka yang berkelimpahan harta dunia, ternyata juga punya pemikiran lain – mereka baru bisa damai di hati kalau penyakitnya sembuh, yang menikahpun tidak berhenti dirundung berbagai kekhawatiran hidup.Walhasil kita sering terkecoh dengan berbagai kedamaian yang ditawarkan dunia. Maka sering orang berkata – lebih mudah mati dari pada hidup di dunia , hanya untuk menggambarkan bahwa orang-orang yang bertahan hidup menemui berbagai kesulitan sehingga sulit menemukan ‘peace of mind’ – oase kehidupan, dimana kita merasakan tenang, damai dan tenteram dihati…. walaupun disekitarnya terjadi berbagai hal yang bisa mengganggu ketenangan kita. Bagaimana caranya agar kita bisa menemukan kedamaian diantara rutinitas, diantara kesibukan keseharian ibukota yang macet dan serba ribet begini? Read the rest of this entry »




“DAMAI SEPERTI APA YANG KITA BAGIKAN? – Homili Malam Natal

24 12 2011
 Yes 9:1-6; Tit 2:11-14; Luk 2:1-14

Akhir-akhir ini suasana menjelang Natal terasa sepi. Tidak banyak hiasan Natal di toko-toko. Tidak banyak iklan Natal di televisi, apalagi lagu-lagu Natal di radio. Konon ada sebuah ‘peringatan’ dari sebuah majelis agama, agar “jangan merayakan Natal berlebihan, sehingga mereka yang bukan Kristiani tidak merasa terganggu.” Kata-katanya memang tidak persis seperti itu, namun toh ‘peringatan’ ini ditaati juga oleh pusat pertokoan, televisi, dan radio. Kata-kata ‘Christmas’ diganti ‘season’ atau ‘holiday’. Tak satu pun gambar Keluarga Kudus di koran-koran. Kedamaian dicurigai. Kegembiraan dianggap sebagai gangguan. Suasana Natal ternyata bisa ‘menakutkan’ sementara orang.

Mungkin itu semua ada baiknya, karena orang diajak kembali berkumpul di keluarganya masing-masing. Belanja dan makan-makan di luar bukanlah suatu kewajiban. Tetangga dan orang-orang terdekat mendapat perhatian lebih. Di salah satu koran dikisahkan bahwa umat Kristiani di Cigugur, Kuningan, punya kebiasaan berbagi kue-kue kering dengan tetangga di hari Natal. Sebaliknya, mereka pun sudah biasa dibagi ketupat di hari Lebaran. Memang, damai itu seharusnya mudah diungkapkan, tidak mahal, tidak dengan curiga, dan tidak usah jauh-jauh. Saat keadaan di sekitar kita menekan, damai seperti apa yang masih bisa kita bagikan? Read the rest of this entry »





Penyalur Damai Sejahtera

23 05 2011

Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.

Dari ayat-ayat sebelumnya kita telah mengetahui bahwa Roh Kudus menyertai orang-orang yang percaya dan mematuhi ajaran Yesus. Roh Kudus itu akan menyertai kemana pun kita pergi. Dengan mengucapkan salam “Damai Sejahtera” kepada siapa saja, maka rahmat Roh Kudus pun akan memancar kepada orang-orang yang menerima salam itu. Bagi yang menerima, rahmat itu akan tinggal padanya. Bagi yang tidak menerima (yang tidak berkenan), rahmat itu akan kembali kepada yang memberi salam.

Sebagai orang yang percaya dan berusaha mematuhi ajaran Yesus, sekarang saya menyampaikan salam itu kepada Anda, “Damai sejahtera bagi Anda!”, salam yang sama seperti yang diucapkan Yesus, karena salam ini memang berasal dari Dia. Salam yang saya sampaikan ini berbeda dengan salam Yahudi kuno, meskipun kalimatnya serupa. Salam yang berasal dari Yesus ini adalah pencurahan rahmat Roh Kudus bagi yang menerimanya, sebagaimana yang disabdakan Yesus, “Apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”. Damai itu artinya jauh dari perselisihan dan pertengkaran, dan sejahtera itu artinya tercukupi. Read the rest of this entry »





Damai Bagi Manusia dan Semesta – Aloys Budi Purnomo Pr

24 12 2010

SETELAH tertimpa berbagai bencana, bangsa ini sedang dalam proses pemulihan. Bencana alam beruntun: banjir bandang di Wasior Papua Barat; gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai Sumatra Barat, dan letusan Gunung Merapi yang berdampak pada wilayah Kabupaten Sleman DIY, serta Kabupaten Boyolali, Magelang, dan Klaten Jawa Tengah.

Bencana alam menyisakan keluarga-keluarga korban selamat yang masih harus berjuang untuk pemulihan pascabencana, terutama anak-anak, kaum perempuan dan lansia (lanjut usia). Bencana alam juga memorakporandakan roda perekonomian. Ribuan keluarga korban bencana mengalami kehancuran, baik secara ekonomis maupun psikologis.

Mereka kehilangan pekerjaan sehari-hari. Harus mengolah tanah mulai dari titik nol lagi. Belum lagi, membereskan rumah tempat mereka tinggal sebagai keluarga, sekembali mereka dari barak-barak pengungsian. Bencana ini melengkapi ‘’bencana’’ sosial, ekonomi, dan politik yang tak kunjung teratasi secara baik, bijak, dan adil. Masalah yang terus menjadi duri dalam daging untuk republik ini adalah masalah hukum. Hukum selalu dipengaruhi oleh mereka yang berduit.

Adagium, hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas, masih berlaku. Artinya, bagi mereka yang memiliki kekuasaan, elite politik, pejabat, hukum terasa tumpul dan tak mampu menyentuh mereka. Sebaliknya, bagi rakyat (miskin), hukum menjadi sangat tajam. Dengan mudah mereka diputuskan bersalah lalu dipenjarakan. Read the rest of this entry »





Harmoni Islam Agama Damai – Aloys Budi Purnomo Pr

24 11 2010

KETIKA mengikuti Islamic Studies di Fakultas Kepausan Teologi Wedhabakti, Yogyakarta (1996), dosen saya Prof Dr H Amin Abdullah, membuka pemahaman saya, bahwa Islam adalah agama damai dan mengedepankan harmoni. Karenanya, umat Islam berkewajiban membangun hidup dalam damai dan harmoni dengan siapa saja, semua orang, apapun agama dan keyakinannya. Seorang muslim sejati hidup dalam spirit of total submission to Allah, yang adalah damai.

Kata Islam berakar dari kata Arab, SLM, kata benda yang diturunkan dari aslama yang berarti penyerahan diri kepada Allah. Itulah sebabnya Islam bernuansa damai, harmoni, dan penyerahan diri. Islam adalah agama yang dilandaskan pada penyerahan total kepada Allah.

Meminjam gagasan Maryam Jameelah dalam Islam in Theory and Practice (Lahore, Sant Nagar, 1967:37), setiap orang yang menganut agama Islam disebut kaum muslim. Seorang muslim sejati tidak akan menjadi fanatik, tetapi cinta damai, mengedepankan harmoni dan rasa aman bagi sesama. Read the rest of this entry »





Damai di Bumi, Damai di Surga

21 10 2010

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan api itu telah menyala!”

Perikop hari ini terkesan menjadi kontroversial, kehadiran Yesus justru membawa pertentangan, padahal dalam perikop lain Yesus sendiri mengajarkan murid-muridNya untuk saling mengasihi. Disini dikatakan bahwa ajaran Yesus bisa menjadi pertentangan antara anggota keluarga yang tentunya memiliki relasi sangat dekat, padahal di bagian lain bahkan dalam kitab Taurat diajarkan bahwa kita harus menghormati orang tua. Lalu mana yang benar?  Atau jangan-jangan kita salah menangkap maksud perkataan Tuhan?

Pertentangan yang timbul dimana-mana termasuk diantara sanak keluarga, biasanya disebabkan adanya perbedaan prinsip. Orang tua maunya A, si anak maunya yang lain. Demikian juga dengan antara saudara bahkan antara ipar dan mertua. Padahal mereka semua tinggal dalam satu rumah yang sama, yang setiap harinya berjumpa dan berinteraksi. Maka bisa dibayangkan apa yang terjadi setiap harinya bila terjadi pertentangan termasuk antara suami istri, tidak ada yang tahan dan betah untuk tinggal di rumah. Katanya rumah seperti neraka, bawaannya panas hati terus. Banyak sekali anak-anak yang lari dari rumah sebagai akibat keluarga yang terpecah belah. Apakah ini karena ajaran Yesus?

Ada hal-hal prinsip yang diajarkan Yesus pada kita. Diatas semua perbedaan prinsip yang timbul dalam keluarga, maka kasih ada di atas segalanya. Yang diajarkan Yesus pun juga merupakan hal yang mendasar dan harus dipegang teguh, yaitu Allah mengasihi dunia dan Allah sangat mencintai manusia. Tapi Allah tidak bisa kompromi dengan dosa karena Allah itu kudus adanya, maka tidak mungkin dosa berada bersama-sama dengan yang kudus dan suci. Tidak ada kompromi dengan dosa, ini sudah pasti tidak bisa ditawar  bahkan bila itu dilakukan diantara anggota keluarga sekalipun. Read the rest of this entry »





Peace of Mind

4 05 2010

Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”

Setiap orang punya ukuran sendiri-sendiri untuk menenteramkan hatinya. Ada yang berfikir hidupnya akan tenang kalau saja dia punya ‘kemapanan’ dan ‘kepribadian’  seperti rumah pribadi, mobil pribadi, perahu pribadi dan villa pribadi. Ada lagi yang merasa hidupnya bakal lebih tenang kalau sudah menikah apalagi punya anak. Sehingga apapun dilakukan untuk mengejar ukuran-ukuran tersebut. Padahal mereka yang berkelimpahan harta dunia, ternyata juga punya pemikiran lain – mereka baru bisa damai di hati kalau penyakitnya sembuh, yang menikahpun tidak berhenti dirundung berbagai kekhawatiran hidup.

Walhasil kita sering terkecoh dengan berbagai kedamaian yang ditawarkan dunia. Maka sering orang berkata – lebih mudah mati dari pada hidup di dunia , hanya untuk menggambarkan bahwa orang-orang yang bertahan hidup menemui berbagai kesulitan sehingga sulit menemukan ‘peace of mind’ – oase kehidupan, dimana kita merasakan tenang, damai dan tenteram dihati…. walaupun disekitarnya terjadi berbagai hal yang bisa mengganggu ketenangan kita.

Kristus memberikan jaminan kedamaian dan ketenangan yang tidak sama dengan yang ditawarkan dunia. Didalam Kristus kita tidak akan menghadapi ketakutan, Ia memberikan jaminan kedamaian yang dicari orang dunia – bukan kedamaian yang semu yang mudah hilang. Ia memberikan jaminan keselamatan – yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, mereka akan tinggal bersamaNya sepanjang masa. Ia juga menjanjikan penyertaanNya, tidak pernah meninggalkan kita sendiri saat menghadapi tantangan dan kekhawatiran. Apapun yang kita minta dalam namaNya, pasti akan diberikanNya. Lalu mengapa kita masih harus mencari ‘kedamaian’ yang lainnya diluar Kristus? Read the rest of this entry »





Menjadi Pelopor Perdamaian

28 04 2010

Suatu hari seorang anak kecil berdoa dengan sangat khusyuk di dalam rumah ibadat. Matanya berkaca-kaca. Ia berdoa, “Tuhan, Hatiku sedang galau saat ini. Begitu banyak kekerasan yang terjadi. Banyak teman-temanku yang terkapar mati. Mereka tidak berdosa, Tuhan. Tetapi kenapa mereka menjadi korban kekerasan seperti perang, kekerasan dalam rumah tangga?”

Anak berusia sepuluh tahun ini berdoa demikian, karena setiap hari ia mengikuti berita-berita TV dan membaca surat kabar yang terbit di kotanya. Hatinya terasa perih, ketika ia menyaksikan setiap kekejaman manusia terhadap sesamanya. Betapa tidak, ada anak yang dibunuh oleh orangtuanya seperti sedang sembelih ayam. Ada lagi anak-anak yang mati karena serangan para tentara di Irak atau bom bunuh diri di Pakistan.

“Tuhan, aku takut kalau dunia ini semakin menjadi tempat pembantaian terhadap teman-temanku. Mungkin aku juga dapat menjadi sasaran tangan-tangan yang haus darah. Aku takut, Tuhan,” doa anak itu lagi.

Ketakutan anak itu memang beralasan. Setiap saat kita dapat menyaksikan kekejaman yang terjadi di seantero dunia ini. Seolah-olah dunia ini bukan lagi menjadi tempat yang aman bagi langkah-langkah manusia. Mengapa semua ini bisa terjadi? Read the rest of this entry »