Tahun Baru, Lembaran Baru, Normal yang Baru

31 01 2023

Tanpa terasa berlalu sudah 2022, bahkan satu bulan kita menapaki tahun 2023. Begitu banyak kejadian kita lalui apalagi hidup ditengah pandemi yang sungguh membuat kita semua bergidik takut was was galau dan ragu menapaki hari-hari penuh ketidakpastian dan ketakutan. Tidak terbayangkan kita akan hidup berdamai dengan Covid. Kehidupan sudah seperti biasa lagi selayaknya sebelum pandemi, macet dimana-mana namun banyak orang masih menggunakan masker. Hanya itukah yang berbeda? Covid telah meluluh lantakkan sisi kehidupan manusia. Begitu banyak yang kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan dan toko-toko sepi karena pelanggan pindah belanja dari rumah.

Kita benar-benar hidup dalam New Normal. Kehidupan normal yang baru, cara bekerja yang baru, bisa dari rumah, bisa dari kantor bahkan bisa dari mana saja. Pemandangan biasa di beberapa cafe kekinian banyak orang duduk bekerja sendirian di hadapan laptop dengan earphone dan masker tentunya. Makin banyaknya orang memilih berbelanja daring (online) membuat banyak gerai sepi di berbagai mall. Bagaimana dengan hubungan antar anggota keluarga, apakah semakin akrab atau malah menjauh karena keterusan ‘social distancing’? Lalu bagaimana kehidupan rohani kita? Apakah dengan adanya pandemi kita semakin dekat dengan Tuhan atau semakin menjauh karena segalanya sudah lebih aman dan nyaman ?

Banyak tantangan baru dalam pekerjaan dan kehidupan berkeluarga paska pandemi ini. Semoga kita tetap terus bergantung pada Tuhan walau tetap berupaya, dan terus mencari cara-cara baru yang kekinian. Sama seperti perempuan yang telah 12 tahun menderita pendarahan, Ia terus berupaya mencari Yesus untuk disembuhkan. Kita dituntut akan semakin kreatif siap beradaptasi dengan tetap waspada tidak lengah dalam berbagai situasi sambil terus menjadi saksi akan kasih Tuhan. Percayalah janji Allah tetap sama Ia tetap setia sejak dulu, sekarang dan sepanjang masa.


Bacaan Injil Markus 5:21-43

“Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!”
Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu, datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau. Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus.

Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya. Dengan sangat ia memohon kepada-Nya, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sampai habislah semua yang ada padanya; namun sama sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya: keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus. Maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya, “Asalkan kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu.

Pada ketika itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya. Maka Ia berpaling di tengah orang banyak itu dan bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab, “Engkau melihat sendiri bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu! agaimana mungkin Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Yesus memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Maka perempuan tadi menjadi takut dan gemetar sejak ia mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.

Maka ia tampil dan tersungkur di depan Yesus. Dengan tulus ia memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus. Maka kata Yesus kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah mati! Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus, dan Yohanes, saudara Yakobus. Dan tibalah mereka di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.

Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka Yesus menyuruh semua orang itu keluar. Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu, dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus masuk ke dalam kamar anak itu.

Lalu Yesus memegang tangan anak itu, seraya berkata, “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan.











Actions

Information

Leave a comment