Homili Bpk Uskup Suharyo dalam Misa Pontifikal Minggu Paskah 31 Maret 2013

31 03 2013

suharyoubIbu, bapa, suster, bruder, frater, kaum muda, remaja dan anak2 terkasih,
Bersama para konselebran, petugas liturgi dan panitia saya sampaikan selamat Paskah. Semoga komunitas-komunitas kita sungguh mengalami Tuhan yang sehabis-habisnya memberikan diri bagi keselamatan dan memberi damai sejati kepada kita.
Ada banyak cara untuk semakin menghayati dan merayakan Paskah :
– menjelaskan bacaan-bacaan yang diambil untuk Misa
– sambil berpegang pada pokok-pokok sabda Tuhan, belajar dari orang-orang kudus yang adalah manusia-manusia paskah.
Saya ingin menampilkan seorang manusia Paskah, Ibu Teresa dari Kalkuta.
Sampai dengan 1948 ia bertugas mengajar di sekolah elit dan ia lakukan dengan gembira sampai suatu saat ia mengalami Paskah pribadi meskipun itu bukan hari Paskah.
Ia menemukan seorang tua yg sedang meregang nyawa di pinggir jalan, sejak pengalaman paskah pribadi itu, hidupnya berubah, ia membaktikan hidupnya bagi orang-orang termiskin dari yang miskin.
1979 ia menerima hadiah Nobel Perdamaian, yang biasa diterimakan dalam perjamuan mewah yang besar tapi ia meminta agar diadakan bukan dalam perjamuan mewah dan upacara besar, karena dalam perhitungannya, uangnya bisa dipakai untuk memberi makan orang miskin setahun. Bagi banyak orang ini aneh tapi baginya ini adalah keputusan bebas yang memerdekakan, dimana seluruh hidupnya terarah pada kebaktian kepada Tuhan dan pengabdian kepada sesama. Paskah pribadi yang ia alami selalu menentukan pilihan dan keputusannya. Read the rest of this entry »





Novena Pentakosta : Hari VI

23 05 2012

supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu

Bacaan Surat Paulus di bawah ini mengajak kita mengenakan ‘manusia baru’ kita. Tetapi sayangnya sering permandian kita, kita pandang sebagai suatu mantera saja atau suatu KTP yang asal jadi, maka kita menganggap bahwa diri kita sudah dapat diterima dalam Kerajaan Allah. Maka banyak anak dipermandikan dan orang tua merasa sudah cukup bagi anak-anak itu untuk menjadi orang-orang kristiani. Orang-orang dalam sakratul maut juga minta dipermandikan dan anak-anak merasa bahwa itu cukup untuk papi atau mami yang tua itu, supaya orangtua mereka diterima oleh Tuhan.

Diterima atau tidak oleh Tuhan, itulah pasti keputusan Allah pada saat orang-orang menghadap kepadaNya. Tetapi anak-anak yang dipermandikan dan tidak dididik secara kristiani, pasti mereka tidak dapat disebut demikian, karena yang menentukan menjadi kristiani adalah sikap atau perilaku sebagai orang yang rela mengikuti cara kehidupan Yesus. Jadi dari orangtuanyalah anak-anak kita mengenal Yesus, mengenal hidup benar secara kristiani. Read the rest of this entry »





Mengenang Sengsara Tuhan, Peringatan Jumat Agung

6 04 2012

Pagi ini saya menghabiskan waktu lebih lama untuk merenungkan tentang kisah sengsara Yesus, Tuhan kita, dengan satu pertanyaan, yaitu: seperti apa sih sengsara yang dialami Yesus itu? Saya berusaha untuk melupakan semua ulasan eksegese yang pernah saya baca sebelumnya agar kisah sengsara Yesus tidak menjadi “mata pelajaran” seperti saat belajar agama. Saya memohon agar diijinkan menembus lorong waktu untuk berada di tanah suci, bukan melalui ziarah untuk melihat keadaannya sekarang ini, melainkan untuk melihat keadaan 2000 tahun yang lalu. Keinginan saya tidak untuk menyaksikan bagaimana Yesus menghadapi sengsara-Nya, melainkan ingin turut merasakan seperti apa sengsara-Nya itu. Saya abaikan komentar orang lain karena saya bukan bermaksud akan membuat injil baru, saya hanya ingin mengukur diri saya sendiri, sebatas mana saya sanggup turut merasakan derita Tuhan Yesus. Alhasil, saya menyimpulkan bahwa belum pernah ada dan tidak akan pernah ada derita yang sama, apalagi yang lebih besar, dari derita yang dialami Yesus.

Jauh sebelum Ia diutus, Yesus sudah mengetahui derita yang akan dialami-Nya kelak, karena memang untuk itulah Ia diutus. Kira-kira sama seperti seseorang yang menderita cancer stadium lanjut, “divonis” mati oleh dokter. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan orang itu melewati hari-harinya menanti ajal tiba.

Yesus tidak melakukan kesalahan, Ia adalah simbul ketaatan yang sempurna, tetapi Ia mesti menderita atas kesalahan yang diperbuat orang lain. Yesus diadili oleh pengadilan yang tidak adil. Seandainya saya dituduh dan mesti menerima hukuman atas kesalahan yang tidak saya perbuat, apalagi hukuman dijatuhkan melalui proses pengadilan yang tidak adil, apakah saya sanggup? Read the rest of this entry »





Loker : Penjala Manusia

22 01 2012

“Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

Kalau saja Yesus hidup di jaman sekarang, membayangkan apa yang akan dikatakanNya saat menghampiri saya sedang sibuk bekerja didepan laptop mungkin Ia akan berkata “Ayo ikut Aku, kamu akan saya jadikan konsultan manusia”. Maklumlah profesi saya konsultan yang pekerjaannya membantu perusahaan-perusahaan untuk lebih maju lagi; membantu perusahaan yang sekarang menduduki peringkat pertama  di Indonesia, tapi  ingin menjadi yang terkemuka ditingkat regional bahkan tingkat dunia.

Kalau anda pengusaha, mungkin Yesus menghampiri anda  akan berkata :”Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan pengusaha manusia.” Kalau anda kontraktor, mungkin Yesus akan berkata “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan ‘pembangun’ manusia.” Kemudian bila Yesus datang menghampiri anda saat bekerja, Ia seperti menawarkan pekerjaan baru. Ada Loker Lowongan Kerja di Kerajaan Surga. Ia tawarkan kepada anda – apa yang akan anda ucapkan saat itu ?

Saya bisa memahami bahwa konteks panggilan atau tawaran Yesus kepada setiap pribadi adalah sesuai dengan pemahaman mereka ’saat’ itu. Kejadiannya persis terjadi pada saat  para nelayan yang sedang membongkar jaring atau bahkan bersiap-siap pulang, mereka hanya tahu sekitar danau Galilea, kapalnya dan bagaimana menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Sehingga saat diajak Yesus, mereka hanya mengandalkan apa yang mereka tahu dalam kesehariannya, betul… hanya memiliki  pengalaman dan pengetahuan sebagai nelayan.

Bisa terkaget-kaget mereka kalau saja saat itu Yesus mengajak mereka dengan mengatakan “Mari ikut Aku, kamu akan kujadikan guru.” Lha nelayan tahu apa soal dunia pendidikan? Kemungkinan besar mereka akan menolak tawaran Yesus seketika itu juga, wah kami bukan ‘keturunan’ guru – gak tahu apa-apa tentang bagaimana mengajar dan diajar.

Bukan mereka yang memilih Yesus, tetapi inisiatif datang dari Yesus. Ia memilih mereka terlebih dulu. Read the rest of this entry »





In Memoriam : Jeffrey Dompas

8 11 2011

Sore ini, tepat pukul 17.30 WIB, hujan turun rintik-rintik di kawasan Jakarta Timur sekitar rumah kedua orang tuaku. Suasana rumah sendu, bapakku duduk di ruang makan, ibuku menyambut kedatanganku. Sore menjelang malam ini, kami akan melayat ke rumah Tante Ira Dompas di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan. Disanalah, jenazah suami tercinta, Jeffrey Dompas akan dibaringkan sebelum besok dimakamkan.

Words would never be enough to describe our family’s feelings today. Kami memang bukan immediate family dari keluarga almarhum Om Jeffrey Dompas. Ayah dan ibu saya bersahabat erat dengan Om Jeffrey dan Tante Ira. Saya pun ikut mengenal mereka dengan akrab, termasuk ketiga anak mereka, Oscar, Nikita dan Dimitri. Setiap kali penyelenggaraan acara Devosi Maria di Jakarta dimana Om Jeffrey bersama Bapak saya termasuk pendirinya, saya berkesempatan mengenal beberapa anggota keluarga besar om Jeffrey yang hadir disana.

Karena sudah seperti keluarga, saya sudah menganggap pasangan ini seperti om dan tante saya sendiri. Mami dari Om Jeffrey saya ikut-ikut panggil Oma. Anak-anak saya memanggil Om Jeffrey, Opa dan Tante Ira, Oma. Kehilangan Om Jeffrey, berarti kehilangan seorang anggota keluarga yang saya kasihi. Read the rest of this entry »





First Thing First

28 08 2011

Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia

Ingatkah anda saat orangtua memuji-muji anda, memeluk dan mencium manyatakan kasih sayang dan kebanggaannya akan anda? Tapi pernahkah anda juga teringat saat dimana orangtua memarahi kita habis-habisan, sampai kuping merah, malah kalau bisa kita serasa ingin masuk kedalam bumi.. kalau bisaaaa. Saat kita memberikan yang terbaik tentu kita mendapatkan pujian, tetapi saat kita lengah dan berbuat kesalahan kitapun tidak lepas dari teguran.

Saya ingat sekali sebagai anak tertua dari 7 bersaudara, saya merasa orangtua saya pilih kasih. Aturan-aturan untuk saya sangat berat (waktu itu), tidak seperti adik-adik saya lainnya. Kalau yang lain waktu SMA adik-adik bisa keluar bermalam minggu, saat saya SMA hanya boleh pergi sampai dengan jam 22. Itupun diantar dan dijemput alm bapak sendiri. Ketika itu saya malu sekali dengan teman-teman saat bapak sampai turun dari mobil dan datang kedalam pesta. Kadang beliau mencari tuan rumah juga… halaah, kayak polisi deh hahaha….. Pernah saya pulang jam 23 karena pestanya seru banget, wah habis saya disidang bapak-ibu sampai merah kupingku. Mau jadi perempuan apa kamu pulang larut malam? Bagaimana kamu bisa jadi contoh buat adik-adik kamu? Weleh… mana pernah kepikir, lha wong masih belasan tahun. Read the rest of this entry »





S.O.M.B.O.N.G

19 05 2011

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember & menyikat lantai rumahnya keras-keras. Pria itu bertanya, “Apa yang sedang Anda lakukan?”

Sang Guru menjawab,“Tadi saya kedatangan serombongan tamu yg meminta nasihat.  Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali.  Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya MERASA menjadi orang yang  hebat.   Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.”

Saudaraku….., Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya  kerap muncul tanpa kita sadari.   Di tingkat pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi.  Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang  lain. Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain. Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Read the rest of this entry »





Terpikat Jadi Pemukat

23 01 2011

Kristus memulai karyaNya dipropinsi Galilea yang makmur.  Secara ekonomi,  kebanyakan penduduk  Galilea orang yg cukup kaya, tidak seperti penduduk propinsi Yudea (dimana ada Bethlehem dan Yeusalem). Tanah yang subur, danau yang cukup produktif membuat wilayah Galilea terbiasa bersentuhan dengan bangsa lain akibat transaksi perdagangan.  Tetapi pada umumnya penduduk Galilea pada umumnya ‘jauh dari Tuhan’. Mereka lebih tertarik dengan kegiatan ekonomi dan kesibukan duniawi dari pada beribadat seperti orang-orang Yudea dan Yerusalem. Tingkat rohani penduduk Galilea dinilai rendah oleh penduduk Yudea.

Kristus memulai karya keselamatanNya di Galilea, karena didaerah ini pengaruh orang Farisi tidak sebesar seperti di Yudea dan Ia memang ingin ‘menerangi’ tempat2 dimana orang2nya ada dalam kegelapan. Kristus memulai dari Galilea sebagai tanda keprihatinan akan bangsaNya yang jauh dari Tuhan. Apa yg dilakukan Kristus adalah penggenapan dari apa yg dinubuatlan nabi Yesaya :..’bangsa yg diam dalam kegelapan telah melihat Terang yg besar ..’. Read the rest of this entry »