Kesempatan Kedua

21 09 2009

“Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Beberapa kali saat ditelpon untuk meminta membawakan renungan, sang penelpon sering berkata ” Bu Ratna, sebelumnya minta maaf ya, anggota PD kami sedikit, gak seperti PD besar lainnya. Kita cuma PD ‘kecil’ lho.” Saya suka jengkel mendengar penjelasan seperti ini, apalagi kalau yang bicara adalah pengurus PDKK. Tidakkah ia tahu bahwa bagi Tuhan seorang yang bertobat harganya jauh lebih mahal dan sangat berarti? Ia meninggalkan 99 dombaNya untuk mencari satu yang terhilang. Saya selalu menjawab,  tidak apa  berapapun yang datang Firman Tuhan harus diberitakan. Bahkan kalau yang datang satu orang pun akan tetap saya layani. Siapa tahu ia bakal menjadi rasul besar seperti Matius kan?

Kisah pertobatan Matius merupakan salah satu kisah fenomenal yang menarik. Jarang penulis menyebut nama seorang pendosa, artinya kisah inipun juga bisa berulang bagi kita atau bagi siapapun kerabat kita yang belum bertobat. Ini merupakan kesaksian pribadi yang dituliskan Rasul Matius sendiri. Bisa dibayangkan kalau saja Yesus tidak memanggilnya, Injil Matius bisa berganti cerita, doa Bapa Kamipun mungkin tidak dituliskan disini. Matius yang pemungut cukai, disisihkan diantara bangsanya sendiri. Ia merasa terbuang, merasa tak berharga. Pekerjaan yang bergelimang uang, tapi dinilai nista dihadapan bangsanya karena ia memungut cukai dari bangsanya sendiri untuk disetorkan bagi bangsa Rumawi sang penjajah. Saat ia termenung, ia melihat rombongan Yesus melewati rumah pajak. Yesus disertai rombongan besar merupakan selebriti waktu itu. Mungkin dalam hati kecilnya ia berkata orang seperti apakah Yesus itu, pastinya orang baik sehingga bisa menarik perhatian begitu banyak orang. Read the rest of this entry »